Kami Tidak Bisa #dirumahaja
Seribupena.com - Hari ini saya ingin bercerita, tentang mereka yang tak peduli dengan virus corona, tentang mereka yang tak gentar dengan ancaman virus itu, tentang mereka yang tetap menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan sepenuh hati.
Mereka bukan perawat, juga bukan dokter dokter, apalagi pegawai kantoran, bukan.
Mereka adalah petugas lingkungan hidup (petugas kebersihan) yang setiap harinya bertemu dengan tumpukan sampah-sampah di sepanjang kota.
Pernah kah kita berpikir ditengah polemik yang pelik ini tentang frasa #stayathome atau #dirumahaja yang harus diindahkan oleh semua orang?
Pernah kah terbayang di benak kita jika para petugas kebersihan berusaha mengindahkan frasa itu dan memilih untuk #dirumahaja?
Lantas, siapa yang akan membersihkan tumpukan sampah-sampah yang ada di depan rumah kita? Warung makan, kafe? atau tempat nongkrong?
Apalagi dengan kesadaran masyarakat yang masih abai dengan kebersihan lingkungan, bahkan gemar membuang sampah di sembarang tempat. Berdalih “kan ada petugas kebersihan, itu urusan mereka, tanggung jawab mereka, mereka digaji karena itu”.
Seolah-olah petugas kebersihan tak ubahnya budak.
Tapi bukan itu yang ingin ku ceritakan. Tak ingin menyoroti persoalan itu, karena saya percaya orang-orang perlahan akan sadar pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Itu pasti.
Dalam kondisi seperti ini, mereka yang setiap jam enam pagi harus bergegas memenuhi kebutuhan hidup, tak ada pilihan lain selain harus tetap bekerja.
Memastikan tak ada lagi sampah-sampah yang ada di sepanjang kota, meski mengangkutnya dalam keadaan tanpa pelindung diri, tak ada masker, tak ada alas tangan untuk memungut sampah. Kondisi yang sangat rawan untuk terinveksi virus.
Sebuah kesengajaan saya melontarkan pertanyaan apakah mereka tak takut dengan virus atau bakteri yang kapan saja bisa menyerang mereka. Mereka hanya tersenyum.
Bukan karena tak takut, hanaya saja tak ada pilihan. Mereka harus berjuang untuk mengisi perut-perut kosong yang menjadi tanggung jawab mereka di rumah.
Saya yang tak bisa berbuat apa-apa, bahkan ngobrol pun terpaksa harus berjauhan dengan mereka hanya membagi pesan agar sesampainya di rumah tak lupa mencuci tangan pakai sabun dan mandi sebelum bertemu dengan keluarga. Bersama untuk saling menjaga.
Dia mengiyakan pesan saya dan melanjutkan tugasnya mengangkut sampah.
Terlepas dari itu semua, mereka juga sebenarnya ingin #dirumahaja. Tapi kondisi yang memaksa untuk tidak bisa #dirumahaja.
Semoga polemik ini segera berakhir.
Tetap semangat!
Bersama untuk saling menjaga.
Nurdiana Teni
Gorontalo, 30 Maret 2020
Mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo