Inilah Tokoh Islam yang dipenjara di Benteng Rotterdam
Pagi yang cerah, benteng Rotterdam Ujung Pandang masih saja terlihat layu. Udara pantai juga belum bersemangat untuk bertamu walau hanya sekedar menyapa orang-orang yang kian benderang kian ramai.Lahir terlambat ke bumi yang menyebabkan kita harus bertualang mencari jejak-jejak masa lalu. Kelak, itu jadi penuntun untuk menemukan masa depan yang lebih paripurna~ Idrus Gorontalo
Di sini, di benteng tua milik Ujung Pandang ini, terlipat rapi kenangan masa lalu yang patut untuk dikenang, patut untuk dijadikan bahan pikiran, dan cukup untuk menambah kelembutan hati atas apa-apa yang ditemui di ruang masa kelam pemerintahan Belanda ini.
Ketika sempat kau bertamu di sini, tentu akan amat riang hatimu. Kau akan tahu sejarah yang yang bisa meriakan air kecil di bola matamu.
Konon, dalam beberapa buku kau akan menemukan kisah hidup tentang seorang tokoh yang dikurung, dihinakan, dan hidupnya malang hingga tanah memungut jasadnya. Sejak dijebak dalam perundingan busuk, tokoh islam itu ditangkap, dan ditutup rapat hidupnya.
Dialah Pangeran di Ponegoro. Seorang tokoh pergerakan dari pulau Jawa, yang konon menghabiskan umurnya di ruang tahanan hingga masa hidup berakhir. Sempat sebelumnya dilarikan ke Manado, tapi kemudian dibawa kembali ke tanah bugis, Ujung Pandang, hingga hayat mengucapkan selamat jalan.
Dalam ruang tahanan, hidupnya tersesak. Jiwanya gundah. Hidupnya tak lagi kuasa walau sekadar mengintip burung yang bertengker di dahan pohon tetangga. Lantaran dinding benteng Belanda yang tingginya mencapai 5 meter itu mengurungnya dari dunia luar. Tebal tembok yang tidak lebih dari 50 centimeter itu seolah menjadi jurang pemisah yang jaraknya berabad-abad lamanya.
Dikisahkan, pangeran mengisi hari-harinya dengan mengaji dan beribadah saja. Namun, dalam beberapa literature, pangeran Dipenogoro di masa akhir hidupnya sempat mengenyam status layaknya manusia. Itu ketika dia bertemu pangeran Hendrik, yang berkarib baik dengannya. Sehingga, atas dasar status pangeran yang melekat dalam dirinyanya, Diponegoro kemudian mendapatkan ruang tahanan yang lebih layak.
Pangeran Diponegoro juga sempat menemui anak dan keluarganya. Meskipun masih dalam penjagaan yang ketat.
Namun, di masa-masa akhir hidupnya, sang pejuang itu kian lemah. Tubuhnya menemui renta, hingga dalam hidupnya yang sedikit lagi itu, dia berkirim surat kepada Ibundanya. Tapi, sampai tubuh berpisah dari ruh kehidupan, harapan bertemu itu tak jua terwujud.
Bukti sang pangeran ditelantarkan adalah penyakitnya yang tidak diketahui. Bahkan bisa jadi tenaga medis saat itu tak mau mengobati tahanan.
Pangeran Diponegoroadalah putra dari Sultan Hamengkubuwana III, atau raja ketika dari kerajaan Yogyakarta. Lahir dari keluarga istana, tidak lantas membuat putra pejuang islam ini hidup bermegah-megah. Bahkan dia memilih mendekatkan diri dengan agama dan menjauh dari kehidupan kerajaan.
Pernah suatu waktu dia ditawari menjadi raja, tapi dia menolak karena dia merasa bahwa dia bukanlah anak dari permaisuri. Itu artinya tahta kerajaan bukanlah miliknya. Begitulah keluhuran budi sang pengeran yang dikenal suka berkelana dengan kuda hitam ini.
Dalam perjalanan hidupnya, Putra militan yang memiliki nama lengkap Bendara Pangeran Harya Dipanegara ini merupakan tokoh yang berpengaruh dalam masa pendudukan Belanda. Lelaki ini bukan orang sembarang tokoh. Untuk bisa menangkapnya saja, pemerintah Belanda harus mengadakan sayembara dengan hadiah 50.000 gulden. Sebab, pangeran yang senantiasa bersurban itu begitu cerdas dalam siasat peperangan.
Dalam masa kepemimpinannya, tercatat 15 ribu tentara belanda yang tumpas dibasmi, dan kerugian belanda mencapai 20 ribu gulden. Itulah sebabnya, sang pangeran dianggap berbahaya.
Salah satu alasan yang membuat pangeran yang lahir pada 11 november 1785 itu kuat, adalah gaung perang suci terhadap Belanda. Diajaknya masyarakat bahwa bentuk perlawanan kepada pihak bangsa kulit putih itu adalah semata-mata untuk menegakkan kalimat Allah.
Atas itulah, banyak dukungan yang datang menghampirinya. Beberapa pemuka agama datang dan bekerja sama untuk menumpas kaum bermata ular itu.
Tapi, sepandai-pandai tupai melompat, pasti akan jatuh juga. Mungkin nasib inilah yang dialami sang pangeran hingga kemudian terkunci kaku di ruang isolasi tahapan politik.
Ah, Benteng Rotterdam, sebuah tempat yang akan mengingatkanmu tentang masa lalu. Ada sejuta makna kehidupan bersarang di sini, dan harus kau gali di setiap butir pasir di tanah benteng ini. Patut kau ciumi aroma mengengat dari gang-gang di sini, ruang distribusi senjata, hingga ruang isolosi para tahanan. Sungguh sangat memilukan bila dikenang dan ditatap lama-lama.
Benteng yang dibangun oleh raja Gowa 9 ini meninggalkan banyak kenangan. Terlebih lagi bagi seorang tokoh bernama Cornelis Speelman. Saat benteng dibawah kuasanya, benteng ini dinamakan Fort Rotterdam. Sekalipun orang terdahulu menyebutnya sebagai benteng Panyyua (1545). Di dalamnya pun, terdapat museum sejarah La Galigo.
Menarik untuk dipahami, bagaimana intrik perjuangan para tetuah dulu memperjuangkan kemenangan atas benteng ini. Ada luka yang menganga, ada air mata yang mengurai, ada hati yang terzalimi, dan ada jiwa yang terpenjara. Semua itu bisa dikenang dari tempat bersejarah ini.
Sebagian orang berkata, bahwa sejarah ini masih diragukan keberanarannya. Tapi pun demikian, masing-masing orang berpegang teguh terhadap sejarah yang dia yakini. Mungkin, keping sejarah belum utuh terkumpul hingga setiap faksi bersikukuh dengan pandangannya.
Namun demikian, hal yang tak bisa diingkari bahwa, benar sang tokoh itu pernah dianiaya jiwa raganya. Pernah dihilangkan hak-hak hidupnya sebagai manusia. Dan kau sendiri tahu tabiat bangsa Belanda ketika itu. Bahkan kepada ulama sekalin pun, mereka selalu menodongkan pentungan.
Sahabat! Kali saya tidak sedang mengurai kembali air mata. Tidak sedang mengutuk perbuatan masa lalu. Juga tidak sedang menggali luka lama agar menganga. Ini hanyalah sebuah refleksi mengingat-ingat hal sejarah sekalipun tidak sepandai sejarawan.
Saban hari jika kau berkesempatan, mampirlan ke sini. Ada sejarah panjang akan mengenyangkan batinmu di benteng ini. Kelak kau akan tahu juga sampai sejarah panjang gedung tua pennyimpan sejarah ini.
Tabik!
===================================================================
Note: Catatan ini hanyalah reflesi wisata. Jika kemudian terjadi kekeliruan dalam pembahasan sejarahnya, akan sangat terbuka menerima masukan.
Dokumentasi
Wisata Sejarah Bersama Penerima Beasiswa Lembaga Dana Pendidikan (LPDP)2017[ Benteng Rotterdam Makassar