Jalan-jalan di Bali Bersama kawan Kapal Pemuda Nusantara
Setelah mabuk laut pelayaran Sail Raja Ampat, akhirnya kami peserta Kapal Pemuda Nusantara tiba di Denpasar Bali. Kami diberi waktu dua hari jalan-jalan di pulau dewata ini. Sayang, saat itu agenda city tour-nya harus bareng. Kami sudah bayangkan, agenda bareng selalu terikat. Tidak bisa jalan-jala bebas. Apa-apa selalu diatur. Pasti suasana jalan-jalan terasa kaku.
Saat itu, muncullah ide gila untuk kabur dari rombongan. Saya dan teman-teman tim sonex Monday, melakukan perjalanan di luar rute rombongan. Yang pasti, ini ide nakal, ngak usah diikuti ya... Cukup kami saja yang nakal... hehehe...
Karena waktu yang terbatas, saya tanya ke teman orang Bali. Bisa ngak Bali dijelajahi dalam sehari.
Saat itu, muncullah ide gila untuk kabur dari rombongan. Saya dan teman-teman tim sonex Monday, melakukan perjalanan di luar rute rombongan. Yang pasti, ini ide nakal, ngak usah diikuti ya... Cukup kami saja yang nakal... hehehe...
Karena waktu yang terbatas, saya tanya ke teman orang Bali. Bisa ngak Bali dijelajahi dalam sehari.
"Ah, satu hari di Bali Ngak cukup, paling hanya bisa dua tempat trus habis waktu". Katanya.
Alhasil, kami hanya memutuskan untuk wisata ke beberapa tempat populer di Bali. Yang pasti di awal perjalanan kami bersama rombongan menuju Bajra Sandi. Setelahnya kami menuju Garuda Wisnu Kencana, dan Pantai Pandawa.
MONUMEN BAJRA SANDI
Alhasil, kami hanya memutuskan untuk wisata ke beberapa tempat populer di Bali. Yang pasti di awal perjalanan kami bersama rombongan menuju Bajra Sandi. Setelahnya kami menuju Garuda Wisnu Kencana, dan Pantai Pandawa.
MONUMEN BAJRA SANDI
Sejak pagi sampai siang kami puas bermain di monumen bersejarah Bali ini. Kami melihat arsitek bangunannya yang serupa candi, melihat foto dokumentasi sejarah, loncat-loncar bergaya narsis, dan pergi ke lantai atas untuk sekadar melihat dari pemandangan tertinggi. Monumen ini dikenal sebagai simbol perjuangan rakyat Bali.
Monumen legenda rakyat Bali ini memiliki arsitek bangunan seperti candi. Lekukan bentuk dinding, pagar, dan taman, semuanya kental dengan budaya Bali. Monumen ini didirikan pada tahun 1987 dan diresmikan pada 14 juli 2003 oleh Ibu Megawati, yang ketika itu menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. Bangunan bersejarah ini berdiri di area 13 hektare dengan luas bangunan mencapai 70 x 70 meter.
Masuk ke dalam monumen ini maka akan didapati ruang ruang informasi, administrasi, pameran, perpustakaan, suvenir, rapat, dan toilet. Pada bagian tengahnya merupakan ruang tempat memajang 33 diorama perjuangan rakyat Bali. Pada bagian ini akan ditemui pula sebuah kolam ikan dengan air mancu patung katak. Namannya Puser Tasik.
Jika sampai di lantai atas, kau bisa melihat posisi pengintaian dan ruang peninjauan. Untuk bisa ke atas, kau bisa naik lewat tangga yang melingkar ke atas beberapa meter. Namanya tangga Tapak Dara. Sampai di atas, kita bisa melihat bangunan kantor penting di Bali seperti; Kantor Gubernur Bali, Gedung DPRD Provinsi Bali, dan Gereja Katedral Denpasar.
Berfoto atau pun masuk area Bajra Sandi ini dikenakan biaya karcis. Tapi khusus untuk rombongan kami sengaja digratiskan. Mengingat kami adalah tamu istimewah di Bali di bawah mandat Kementrian Pemuda dan olahraga. Setelah dari monumen ini kami menuju Garuda Wisnu Kencana.
GARUDA WISNU KENCANA
Garuda Winsu Kencana memang sering disingkat penyebutannya, GWK. Wajar jika waktu itu saya pikir GBK alias Gelora Bung Karno. Eh, ternyata Garuda Wisnu Kencana. Dalam mobil saya manyun sendiri sambil menertawai keudikan saya. Hehe...
Kami turun dari mobil dan langsung ganti pakain. Kostum Kontingen Kapal Pemuda Nusantara sengaja kami tanggalkan sejenak. Karena, kami takut nanti ketahuan kabur dari kontingen. Biar ngak dapat masalah dengan kontingen. Dalam tempo singkat, kami pun berubah menjadi warga sipil yang sedang liburan.
Oh ya, tiket masuk Garuda Wisnu Kencana itu Rp.50.000. No discont!
Jadi, meski jalan bergerombol, bayarnya tetap sama. saya pikir sih masih ada nego-nego. Tapi, it's okey... Namanya juga Travelling. Ya harus mengeluarkan budget-lah.
Masuk area Garuda Wisnu Kencana kami disambut instrumen bambu, lantunan suara burung-burung kecil, suasana persawahan. Kendati, areal yang kami masukan adalah bukit kapur yang tinggi. Bukit di Bali jangan kau pikir hutan belantara ya. Di GWK, bukit kapur itu sudah dibentuk kotak-kotak rapi membentuk ruang yang luas seumpama dinding beton. Setiap kapling disediakan ruang atraksi. Ada ruang khusus penampilan tari Bali, ada gedung belaja suvernir, baju khas Bali, dan perlengkapan lainnya. Masuk ke ruang yang lebih luas, maka akan didapati patung raksasa Wisnu Kencana.
Hampir setiap sudut wisata Garuda Wisnu Kencana ada bunyi-bunyian instrumen pedesaan. Seolah yang ada di situ meraskan bagaimana duduk di sawah, menikmati semelir angin sambil meneguk kopi di pagi hari. Dan ternyata, setelah saya perhatikan di setiao sudut tergantung spekar kecil-kecil penebar suara. Orang Bali emang kreatif kalau soal seperti ini.
Kalau dipikir-pikir, Bali dan Gorontalo sama saja. Hanya yang membedakan Bali dan Gorontalo adalah dari sisi kreatfitas. Coba bayangkan, siapa yang sempat berpikir untuk buat patung raksasa di atas bukit? Buat apa? Mungkin sebagian orang akan mengatai: "Ah Gila, buat apa-apa buang-buang duit". Tapi siapa yang menyangka, patung raksasa Wisnu Kencana itu kini mendunia.
Sekitar 3 jam kami berputar di GWK. Berfoto-foto di patung raksasa, burung garuda, dan di tempat lahan petak taman GWK yang apik.
Oh ya, tiket masuk Garuda Wisnu Kencana itu Rp.50.000. No discont!
Jadi, meski jalan bergerombol, bayarnya tetap sama. saya pikir sih masih ada nego-nego. Tapi, it's okey... Namanya juga Travelling. Ya harus mengeluarkan budget-lah.
Masuk area Garuda Wisnu Kencana kami disambut instrumen bambu, lantunan suara burung-burung kecil, suasana persawahan. Kendati, areal yang kami masukan adalah bukit kapur yang tinggi. Bukit di Bali jangan kau pikir hutan belantara ya. Di GWK, bukit kapur itu sudah dibentuk kotak-kotak rapi membentuk ruang yang luas seumpama dinding beton. Setiap kapling disediakan ruang atraksi. Ada ruang khusus penampilan tari Bali, ada gedung belaja suvernir, baju khas Bali, dan perlengkapan lainnya. Masuk ke ruang yang lebih luas, maka akan didapati patung raksasa Wisnu Kencana.
Hampir setiap sudut wisata Garuda Wisnu Kencana ada bunyi-bunyian instrumen pedesaan. Seolah yang ada di situ meraskan bagaimana duduk di sawah, menikmati semelir angin sambil meneguk kopi di pagi hari. Dan ternyata, setelah saya perhatikan di setiao sudut tergantung spekar kecil-kecil penebar suara. Orang Bali emang kreatif kalau soal seperti ini.
Kalau dipikir-pikir, Bali dan Gorontalo sama saja. Hanya yang membedakan Bali dan Gorontalo adalah dari sisi kreatfitas. Coba bayangkan, siapa yang sempat berpikir untuk buat patung raksasa di atas bukit? Buat apa? Mungkin sebagian orang akan mengatai: "Ah Gila, buat apa-apa buang-buang duit". Tapi siapa yang menyangka, patung raksasa Wisnu Kencana itu kini mendunia.
Sekitar 3 jam kami berputar di GWK. Berfoto-foto di patung raksasa, burung garuda, dan di tempat lahan petak taman GWK yang apik.
PANTAI PANDAWA
Perjalanan berlanjut menuju pantai Pandawa. Di pantai ini, kami menemukan deretan patung di sepanjang jalan menuruni Pantai Pandawa. Saya kurang paham apa saja nama-nama patung yang berjejer itu. Yang jelas, itu semuah punya nilai historis dan sakral kata teman saya orang Bali itu.
Saat mau turun, kami menyaksikan ada papan larangan bertuliskan larangan untuk melakukan hubungan seks di areal pantai.
"Lah, tadi saya sebelum turun lihat orang ciuman!"
Wah, Kalau ketahuan pasti ditangkap tuh. Tapi, untuk apa? saya tidak berurusan dengan mereka. Saya di sini mau jalan-jalan, bukan mau cari masalah. Sekitar 1 menit kemudian kami tiba di pesisir pantai. Sebagian teman saya bawa pakain ganti. Karena memang mereka berniat mandi. Kalau saya, hanya berniat berfoto-foto saja. Mandi mah sama saja, di Gorontalo juga punya laut. Rasanya pun sama, asin. Hehe....!!
Wah, Kalau ketahuan pasti ditangkap tuh. Tapi, untuk apa? saya tidak berurusan dengan mereka. Saya di sini mau jalan-jalan, bukan mau cari masalah. Sekitar 1 menit kemudian kami tiba di pesisir pantai. Sebagian teman saya bawa pakain ganti. Karena memang mereka berniat mandi. Kalau saya, hanya berniat berfoto-foto saja. Mandi mah sama saja, di Gorontalo juga punya laut. Rasanya pun sama, asin. Hehe....!!
Agenda saya apa? ya foto-foto dan makan. Saya ingatkan kepada teman-teman muslim. Bali adalah daerah mayoritas non muslim. Jadi harus hati-hati memilih makanan. Bukan soal ngak percaya. Ini soal aturan agama masing-masing. Dipahami sajalah. Okey! tapi jangan takut warga Bali sadar kok. Kalau muslim pasti dikasih tahu, kalau ini halal tau tidak.
Pertama saya ragu soal makanan di tempat wisata. Saya takut makan sesuatu yang menjadi pantangan bagi muslim. Jadi, saya beranikan diri nanya ke teman orang Bali. Kak Made Namanya.
Pertama saya ragu soal makanan di tempat wisata. Saya takut makan sesuatu yang menjadi pantangan bagi muslim. Jadi, saya beranikan diri nanya ke teman orang Bali. Kak Made Namanya.
"Mbak, untuk membedakan mana pedagang Muslim dengan non muslim gimana?".
"Tuh! lihat ada pure kecil". Tangannya menujuk pure kecil yang tergantung di sudut rumah.
"Biasanya itu penandanya. Kalau muslim mana ada yang gantung begitu. Jadi, tinggal lihat itu saja!" jelasnya.
Nah, sekarang sudah tahu kan. Jadi, musti nanya kalau makan. Ini buat jaga-jaga saja sih. Karena kita muslim biasanya banyak pantangan makanan yang dilarang dalam aturan agama.
Pantai pandawa secara geografis berasa di wilayah Desa Kutuh, kecamatan Kutuh. Makanya ada yang menyebut pantai Pandawa dengan sebutan pantai Kutuh. Atau nama kerennya di mata orang asing disebut the secret beach at Bali.
Di Pantai ini saya menghabiskan waktu makan jagung bakar dan lari-lari di sepanjang pantai. Soalnya pantai bersih dan pasirnya halus seperti adonan terigu. Pantas orang-orang ramai sekali ke pantai ini. Selain itu, di sini juga asyik untuk berselancar. Ombak lumayan bagis jadi mainan buat yang suka bermain dengan sebilah papan luncur air. Pokoknya keren dah.
"Biasanya itu penandanya. Kalau muslim mana ada yang gantung begitu. Jadi, tinggal lihat itu saja!" jelasnya.
Nah, sekarang sudah tahu kan. Jadi, musti nanya kalau makan. Ini buat jaga-jaga saja sih. Karena kita muslim biasanya banyak pantangan makanan yang dilarang dalam aturan agama.
Pantai pandawa secara geografis berasa di wilayah Desa Kutuh, kecamatan Kutuh. Makanya ada yang menyebut pantai Pandawa dengan sebutan pantai Kutuh. Atau nama kerennya di mata orang asing disebut the secret beach at Bali.
Di Pantai ini saya menghabiskan waktu makan jagung bakar dan lari-lari di sepanjang pantai. Soalnya pantai bersih dan pasirnya halus seperti adonan terigu. Pantas orang-orang ramai sekali ke pantai ini. Selain itu, di sini juga asyik untuk berselancar. Ombak lumayan bagis jadi mainan buat yang suka bermain dengan sebilah papan luncur air. Pokoknya keren dah.
Bagi yang suka pijat-pijat enak, di pantai ini ada. Jasa untuk pijat leha-leha di sebuah kursi malas sudah disediakan. Bagi yang ingin menggunakan kursi mahal, bayarnya murah kok. Hanya Rp. 50.000 plus pake sepuasnya.
Di sepanjang perjalanan menuju pantai Pandawa, saya menyaksikan betul bagaimana derertan patung Pandawa di pinggiran jalan menuju pantai. Orang-orang banyak mampir untuk sekadar foto-foto. Tepat di bawahnya, pantai Pandawa terbentang luas nan indah.
Soal penginapan, sewaktu saya berkunjung belum tersedia. Karena pantai ini baru saja dibuka. Jadi, fasilitasnya emang masih kurang. Penginapan baru bisa ditemuai di sekitar Nusa Dua. Tidak jauh dari Pantai Pandawa.
Satu hal lagi yang saya temui di sini. Di areal pantai Pandawa dilarang keras melakukan aktivitas seks. Di jalan sudah dipasang papan peringatan itu. Kalau melanggar, siap-siap kena hukum adat.