Puisi Berantai : Cinta Kepada Ibu Karya KBM Indonesia
Seribupena.com - Malam minggu menjadi ajang untuk mencipta puisi bagi anak-anak komunitas Bisa Menulis. Kemarin saat menjelang akhir pekan, sebuah karya tentang ekspresi cinta kepada ibu menjadi topik populer. Hasilnya, dalam hitungan menit, puluhan puisi tercipta.
Sekadar diketahui, Komunitas bisa menulis adalah sebuah kelompok kelas menulis yang dibina langsung oleh penulis ternama, Isa Alamsyah bersama sang Istri Asma Nadia. Berikut ini puisi pilihan yang dianggap terbaik dalam pengunaan diksi dan metafora.
PUISI BERANTAI TENTANG IBU
Ibu…Adakah kabarmu baik-baik saja
Tetap mendoa keselamatan
Seperti yang kerap kau ajarkan pada masa kecilku
Rendahkan hati ke dasar dzikir
Maka mutiara surga akan dilangsir.
Sungguh
Hingga mendewasa serapal ujarmu tetap menegak Alif di jantungku
Menghunus lelangit takdir bahwa kita ibu-anak hingga desah nafas berakhir.
-
Ibu, kini anakmu sudah menjadi dewasa.
Ketika langkah kecilku mendaki lelangit yang pekat.
Dan hempasan badai ombak yang dasyat.
Aku belajar akan kebenaran dalam hidup.
Dalam bait-bait do'a yang engkau bekalkan
Dan petuah-petuah indah yang selalu engkau ingatkan.
Bu, manakala bulan masih memacarkan cahaya di pangkuan mu.
Biarlah ku usap gugus keringat sisa duka kemarin.
Tetaplah pada sajadah melantunkan lafaz surga
Hingga silih detik hari esok tiba.
Aku tetap pada jejakmu.
-
Ibu ...
Dalam jarak pandang yang mudah kujangkau
Dalam diam menatap gerak harimu
Ada sesak yang tak bisa ku ungkap.
Ada rasa yang ingin kusampaikan.
Nafasku tercekat ...
Aku diam dalam doa.
Aku gadismu yang pemalu
Ingin mengucapkan kata sayang yang masih menggantung di langit doaku
-
Ibu...
Menatap wajahmu membawa kedamaian di hatiku
Ketegaranmu inspirasiku
Semangatmu menguatkanku
Ketika aku jatuh tanganmu terulur
Ketika aku terluka air matamu mengalir
Ketika aku bahagia senyummu ikut terukir
-
Begitulah ibu
Dalam sabar yang tak akan usai untuk kutakar
Ingin kukatakan padamu
Bersungguh yakin padamu
Ialah bidadari berselempang doa
Menyusuiku dengan seputing firman pengabdian
Yang tiada pernah ada habisnya.
Sungguh...
Bahagia bersebab lahir
Dan adaku menjadi darahdagingmu.
-
Ibu, engkaulah sejauh-jauh tempat ku menuju,
Dekapmu, berbekas di setiap permukaan kulitku,
Bagaimana bisa aku begitu durhaka padamu,
Sedang kasihmu tak pernah reda untukku...
-
Pada siang yang memancarkan terang wajahmu
Aku belum mampu mejadi mentari yang menghangatkan hatimu
Aku belum mampu setulus sinar mata sang hari
Yang mampu menyinari tiap sisi bumi jiwamu
-
ibu ...
Dengan bahasa apa kan kusampaikan padamu
Aku mencintaimu
Meskipun tak sedalam cintamu padaku
Tapi yakinlah aku akan menjagamu dengan ketlusan
Dan kasih sayang..meskipun dangkal
-
Ibu ...
Kini ku jauh darimu
bukan, bukan jauh dari dirimu
tapi jauh dari kasih dan sayangmu
jauh dari perhatian pun wujud perdulimu
ibu ...
Engkau harus tahu, tiada yang setulus kasihmu
biarlah kutunggu, bu
sampai nanti terucap kembali dari bibir manismu
serangkai kata yang kerap buatku merindumu
-
Ada tanya yang melilit dalam uluh hatiku.
Bersebab, rasa yang takkan pernah bisa untuk kubalas
Abbdi sabar yang takkan pernah bisa ku takar.
Kini...
Apa lagi yang bisa kuberi.
Setelah semua bahagia yang telah kau tumpahkan.
Menjadikan ku sebenar-benarnya insan Sang Surya.
-
Ibu ...
Aungguh ku tak sanggup melihat Air matamu
Senyummu adalah bahagiaku
Tangismu adalah lukaku.
Andai ku bisa menggantikan bebanmu Ibu
Ku kan ikhlas menjalaninya
Untuk membalas semua pengorbananmu
Sejak aku kau kandung hingga kini ku tumbuh dewasa
-
Jarak ialah doa peneduh cinta
Meski berbilang entah kita dapat meramu temu
Namun sedekap kasih tulus yang telah kau singgahkan di hati
Masih terkenang sepanjang waktu.
Senyummu masih melengkung sesabit purnama dalam gelapku.
Ingin kujenguk dirimu meski hanya dalam mimpi
Lalu kukisahkan perihal seberapa jauh aku berlari
Mengejar selaksa cita dengan sepenuh nurani.
-
Terlalu sempurna kasihmu ibu...
Kau basahi dahaga di gersang hidupku..
Kau selimuti maaf di langkah salahku...
Kan kubalas apa ibu...
Kiada terbalas oleh hinaku ibu...
Tangiskupun harus menjadi darah
Tuk gantikan tangis lelahmu sejak menimangku...
-
Ibu...
Pulas tertidur ragamu dalam peluk sang bumi
Tinggalkan aku dalam sunyi
Ibu...
Ku harap bahagia dalam damaimu
Nantikan aku disana
Agar kita bisa bertemu
Untuk memulai kehidupan yang sesungguhnya
-
Kemana lagi ku cari ruang
Yang selalu menggariskan lengkung senyummu?
Namun masih terpatri di benakku petuah mu.
Yang takkan karam diminum waktu.
Semoga kelak dapat lukiskan kebanggaan
Yang sukar merobek duka.
-
Ibu...
Tanpamu aku netra
Seperti berada dalam gelap
Meraba untuk melangkah
Ibu...
Jangan biarkan aku hilang arah
Agar tak menambah bebanmu dihadap Tuhan
Cinta tulusmu yang menjadi penyemangat...
Pelukmu teduhkan jiwa ini
Hantarkan luka pergi sejauh mungkin...
Tak kau biarkan hampa temani relungku
Aku mencintai abi satu kali
Ku harus mmencintaimu tiga kali...
Tanganmu hapuskan air mataku
Tapi sayangmu hapuskan duka batinku...
Selalu terucap namaku di bait doamu
Tangis batinku berucap "aku sayang ummi"
Biarkan cinta ini murni untukmu dalam doa dan sujudku...
Robbighfirli wa li walidaiya warhamhumma kama robaya nii shoghiroo..
-
Ibu ...
Dalam karibku pada sepi sungguh kekuatan damai hatiku ada bersamamu.
Maka jadilah purnama bagi malamku
Yang masih kelam oleh jejak jejak usang
Masa yang kukisahkan dalam pedih perih hatiku
-
Ibu
Kau adalah sosok wanita paling hebat
Diri mu tak pernah jenuh dan lelah
Memberikan kasih sayangmu yang begitu besar untuk ku.
Di setiap doa mu terdapat nama ku
Di setia nafas ku,ada kasih sayang mu
Terimakasih ibu atas segala yang telah kau berikan
semua jerih payah mu
semua kasih sayang mu
Dengan apapun di dunia ini
Kasih sayangmu
Semua ketulusan hatimu
Tak dapat ku balas.
Biarkan Tuhan yang akan membalas itu semua
-
Ibu...
Tak tahu sampai kapan purnama malam ini akan bertahan
Menahan sepi dan gelisah
Merindumu ditiap detik waktu
Merindu belaimu
Merindu tutur lisanmu
Tak tahu sampai kapan aku disini
Sendiri...
-
Sudah tersiar (mungkin) lewat angin
Sekulum senyum meneroka nyata lewat jiwa berpeluh dahaga
Sudah kutitip jelmaan rindu bersama bayu menawar kuyu auramu
Tetap tercantik meski waktu mengikis hidup menepis
Nyenyakkah tidurmu dimalam ini ibu...
kan kupinta dengan rendahku pada angin
Jangan kau hembuskan dinginmu
Yang menggigilkan hangat tubuh ibu
Kumohon pada malam
Damaikanlah sejenak lelah ibu dengan heningmu
Ibu istirahatlah dengan tenang dimalam ini
-
Ibu...
Terima kasih atas selimut do'a-do'a
Yang selalu engkau hantrakan untuk ku.
Terima kasih untuk petuah-petuah
Yang selalu engkau berikan untuk ku.
Kelak...
Biarkan Tuhan yang akan menjadikan mu perempuan-perempuan berkalung sorban
Dan bidadari-bidadari calon penghuni surga.